welcome to my life...

Saya ucapkan terimakasih buat yang rela berkorban waktu dan pulsanya bahkan harga dirinya demi mengunjungi blog saya,berarti anda termasuk orang yang ruar biasa karena mau berkorban segalanya demi membaca tulisan-tulisan saya,saya sangat salut dengan anda, dan saya doakan anda segera insyaf.....:)


Thursday, July 8, 2010

An uniquely excoticism history…1

Bukan maksud nyaingin keunikan singapura atau eksotisnya afrika, tapi kisah sahabat-sahabat SMA saya dulu jauh lebih bernilai dibanding kedua tempat tersebut….

Chapter one-pencarian teman sebangku

Pagi itu pertengahan juli tahun 2001 saya dengan langkah tegap maju jalan menuju SMA, yang biasa disebut smara catur, yang telah berhasil merebut kontrak saya selama tiga tahun kedepan untuk merumput disana,. Saya masih senyum-senyum sendiri ketika mulai melangkah, masak ke SMA masih pake seragam SMP mana ni kaki uda lebat bulunya pula untung aja seragam SMP saya waktu itu ga pake yukensi (U can see.Red) kalo iya,bisa heboh tu orang kalo ngeliat saya, masak meliara jenggot di ketek. Begitu saya masuk ke gerbang depan SMA saya setelah turun dari bis, perasaan saya semakin kalut,bagaimanakah teman-teman saya nanti?ramah ga?baik-baik ga?satu spesies ga dengan saya? eh yang terakhir enggak ding. Karena ni SMA salah satu SMA paporit di solo,ga mungkin lah teman saya acak kadut macam-macam bentuk dan perangainya kayak di SMP, waktu saya SMP dulu, kelas saya sudah kayak las vegas. tiap waktu istirahat selalu full kegiatan judi.entah itu adu tebak koin, adu tebak skor sepakbola liga italia sampai adu bibir,hihihi…kalo yang terakhir enak kali ya.



Berbekal positif thinking, semangat saya pompa untuk menuju kelas 1D, kelas dimana nama saya tertoreh dengan jelas pada nomor 26. Dan setelah menaiki puluhan anak tangga, beberapa belokan, kemudian lurus menuju kelas paling pojok jantung saya mulai dugem ajub-ajuban, Dag..dig..dut..ups kalo yang terakhir kentut saya tu,maaf. Setelah melewati pintunya,mata saya menyapu sekeliling, saya melihat beberapa anak perempuan yang mukanya masih asing di memori saya dan ada satu anak laki-laki duduk didepan meja guru sambil sesekali membenahi kacamatanya yang melorot. Selain itu masih kosong. Saya keluar lagi menuju kamar mandi dan berharap supaya saya bukan charis tapi Collin farel atau matt damon atau bahkan Obama yang lagi mikir taktik nyerang Iran asal saya ga dihadapkan pada situasi kritis seperti yang saya rasakan saat itu. Atau kalo ga mereka ya ariel jg boleh lah(ngarep dong jadi aktor 32 film ternama saat ini). Untunglah waktu cepat berlalu hingga bel berbunyi dan semua murid baru dikumpulkan di lapangan untuk upacara pertama kalinya.
Teng tereng teng teng…akhirnya saya ketemu juga dengan calon teman-teman baru saya secara keseluruhan. Saya mulai pasang tampang anak baik-baik dan penurut walaupun ini bagi saya bukanlah semudah menghabiskan seporsi seafood, karena besik (basic,red) tampang saya dari pabrikannya sangatlah memenuhi kriteria sebagai tampang preman jalanan atau kalo ga ya kuli. Bagaimana tidak, kulit seeksotis pribumi benua afrika dengan rambut bergelombang tak beraturan kekanan dan kekiri serta sedikit dibubuhi minyak diwajah,jadilah tampang saya kala itu. Setelah pasang senyum dikulum kesana kemari, dan akhirnya teman yang berdiri tepat sebelah kanan saya dengan lantang dan PD nya berkata dengan sebelumnya mencolek bahu saya,
“halim?” tanya anak itu.
“ha,hamil?”karena groginya berhadapan dengan makhluk hidup yang menurut saya waktu itu adalah spesies baru hasil kombinasi antara mutasi dan terpapar radiasi selama berjuta tahun dari reaktor nuklir di Chernobyl yang telah meledak, indera saya jadi kacau untuk merespon. Bagaimana tidak, melihat badan cungkring menjulang tinggi,wajah tirus dengan senyum khas, mata melotot seperti ingin tumpah dan alamak…punya taring pula ini makhluk di hadapan saya. Jadilah tampang preman saya ga ada apa-apanya di hadapan teman baru saya ini.
“halim ya” anak itu mengulangi pertanyaanya.
“oh halim to?bukan saya charis,kamu arif yo?.saya jawab dengan tambahan pertanyaan karena tampilan wajah yang dihadapan saya mengingatkan teman SD saya yang saya hafal betul karena saking seringnya ga masuk sekolah disebabkan menderita mencret menahun(serius ini beneran) walaupun dalam hati jengkel juga,enak aja ni orang manggil halim,panggil kek ariel ato pasha ungu gt.
‘oh bukan to,tapi kok mirip,halah kamu halim maimunthuk to,yang panggilane si api biru itu,tau dong aku, ayo ngaku aja..kita kan satu smp” masih saja anak itu memaksa saya dengan pertanyaan sejenis dan serupa yang menyudutkan dan tanpa menjawab pertanyaan saya sebelumnya.
Setelah lama kami terlibat beberapa percakapan ga penting akhirnya saya didesak lagi dengan pertanyaan yang menurut saya bener-bener ga penting namun keliatanya bagi lawan bicara saya ini merupakan pertanyaan yang maha penting pada saat kondisi genting seperti halnya pertanyaan “sekarang anda kerja dimana?”yang termasuk dalam kategori FAQ(bukan lagi frequently asking question tapi udah jd  frequently annoying question) bagi para lulusan sarjana yang juga belum dapat kerja. Karena merasa tersudut dan terdesak, akhirnya saya menjawab,
“kalo iya emang kenapa,eh,nama kamu siapa dan dari planet,ups sori smp mana? saya mengiyakan saja pertanyaan anak itu takut dikira sombong atau apa dan juga saya mengulang pertanyaan saya sebelumnya yang belum dia jawab atau ga mau jawab mungkin.
“tapi kok kamu lebih item ya dan tak liat juga lebih ikal rambutnya, jangan-jangan bukan halim nih,mirip aja ya, tapi kok kamu berani ngaku-ngaku??”.udah gitu aja tu anak menjawab pertanyaan saya barusan. Jelaslah saya dongkol setengah mati, apa-apaan ni orang, mentang-mentang punya taring terus bisa seenaknya gitu mempermainkan lawan bicara. Saya Cuma diem menanggapi perkataanya barusan. Tak berapa lama kemudian,
“hahaha, gitu aja marah..aku lukman dari SMP 2, kamu SMP 9 to, tu aku liat di seragam kamu. Heran aku, di seragam udah tertera jelas nama dan asal smp ku kok ya kamu masih nanya aku, aku aja uda tau kok nama kamu charis dan dari SMP 9 sejak kamu berdiri disini tadi”. Gila, begitu pikir saya ni anak bener-bener berpikir out of the box dan tidak mengikuti arus yang ada mengenai cara berkenalan dengan teman baru. Bener-bener mengena dan menyenangkan serta ga kaku. Kemudian setelah itu kita ngobrol panjang lebar bahkan tinggi selama upacara berlangsung kita jadi setuju untuk duduk sebangku walaupun dalam hati saya agak ragu dan takut tapi saya beranikan diri aja ,nyawa jadi taruhan gapapa asal dapet temen gitu pikir saya kala itu. Setelah ngobrol kesana kemari, saya merasakan dia memang beda dari teman-teman kebanyakan, Bener – bener enjoy ni anak,seperti coretan bolpen yang ada di ranselnya yang selalu dipakainya kala itu, yaitu “ENJOY ur life”.


bersambung ke sini

No comments:

Post a Comment