welcome to my life...

Saya ucapkan terimakasih buat yang rela berkorban waktu dan pulsanya bahkan harga dirinya demi mengunjungi blog saya,berarti anda termasuk orang yang ruar biasa karena mau berkorban segalanya demi membaca tulisan-tulisan saya,saya sangat salut dengan anda, dan saya doakan anda segera insyaf.....:)


Wednesday, April 28, 2010

Pengalaman Semarang - Gundih - Solo naik KA Pandanwangi

Pandanwangi, bagi saya merupakan Kereta Wisata

Yup, semenjak pengalaman ke tegal minggu lalu, untuk pulang dari semarang menuju solo saya menjadi tertarik dengan naik kereta api. Karena selain murah juga sensasi yang didapat berbeda dari naik bus, kelas executive sekalipun!. Saya mulai mencari inpoh, ga perlu bertapa di g ua dan minta wangsit mbah gugel, cukup dengan melihat jadwal keberangkatan kereta api jurusan semarang solo di stasiun poncol semarang. Mengapa stasiun poncol bukan tawang, ya karena pergi ke tegal dengan KA kaligung itulah yang membuat saya tau kalau di semarang tu stasiun besarnya poncol, selain lebih deket pula dari rumah saudara saya. Ya karena pengetauan yang salah tadi itu lah saya memilih KA pandanwangi jurusan semarang – solo. Padahal kalau di stasiun tawang, yang notabene stasiun besar nya kota semarang (mungkin kayak Stasiun Balapannya solo gt lah) baru saja per 1 april 2010 di launching kereta joglosemar yang dari semarang – solo – jogja Cuma memakan waktu 2 jam, seperti yang tertulis di papan pengumuman di stasiun poncol semarang. Sedang waktu yang dibutuhkan kereta pandanwangi minimal 3 jam, berarti itu kalu kereta ngebut dan berhenti di tiap stasiun sebentar, kalau biasa ya bisa 3,5 sampa 4 jam lah.

Sore itu tanggal 22 april tepat hari ulang tahun umi saya, saya berencana pulang ke solo untuk bertemu umi saya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Setelah tahu jadwal kereta pandanwangi dan harga tiketnya yang hanya 13 ribu rupiah, Saya memilih keberangkatan sore hari pukul 16.50 seperti yang tertera di Jadwal keberangkatan KA Pandanwangi Semarang – solo di stasiun Poncol. Saya berangkat dari rumah saudara saya di daerah wologito, Semarang Barat pukul 16.15 dengan harapan kebagian tempat duduk. Sampai di stasiun Poncol pukul 16.45, dengan tergesa-gesa segera melewati gerbang peron sambil bertanya pada petugasnya, “pandanwangi belum berangkat pak?” bapak petugas peron menjawab,”belom nanti di jalur 1 sebentar lagi mas”. Hati saya jadi tenang, untung ga terlambat begitu ucap saya dalam hati mengingat perjalanan dari rumah ke stasiun begitu macetnya karena bersamaan dengan jam pulang pegawai, yaitu pukul 4 – 5 sore. Saya menarik tiket dari saku celana saya, saya lihat jadwal berangkat 16.50 sampai stasiun balapan 20.00, hmm...saya tersenyum sendiri, nanti bisa minta tolong dijemput abah sama umi pukul 8 malem di balapan, trus saya sekalian mengucapkan selamat ulang tahun ke umi, dan abis itu terbayang makan malam bersama keluarga tercinta di tempat kesukaan, bener – bener ga salah nih milih naek kereta, uda murah, cepet lagi..hehehe...saya sampai terkekeh sendiri mengenangnya waktu itu.

Puas senyum – senyum sendiri, Saya tengok jam tangan saya, sudah menunjukan 17.25, belom ada tanda – tanda kereta datang..

Selanjutnya...

Saya tengok lagi,17.45...belom juga ada suara pemberitauan kalau ada kereta datang... saya mulai bosan dan gerah tapi tetap sabar....

Selanjutnya...

Pukul 18.15...kereta masih belom datang...

Selanjutnya...

Selanjutnya...

Jam Seiko di pergelangan tangan dengan pongahnya menunjukan waktu 18.45, saya sudah ga sabar, mungkin batas kesabaran saya waktu itu setelah menunggu tanpa kepastian datangnya kereta selama 2 jam...padahal kalau ditempuh dengan bus patas, uda mo nyampe rumah ni pikir saya...saya mendatangi petugas peron lagi, saya tanya,” pak, pandanwangi beneran belom berangkat to?” bapak petugasnya celingukan kayak nyari kucing atau tikus yang lari-larian gt, setelah “tikus” yang dicarinya ga nongol2 juga, bapak petugas peron bertanya pada bapak satpam disampingnya,”boy, pandanwangi uda berangkat belom?” bapak satpam njawab,” belom coy, masi di depo”. (percakapan bapak petugas peron vs bapak satpam saya edit sedemikian rupa sehingga tampak menyenangkan dan user friendly kayak windows 7, karena pada kenyataanya ga kayak gt, jadi biar tampak menyenangkan aja,apalagi kalo fitur aero nya di “on” kan,makin tampak kaya windows 7 aja dah,hehe..)

Bapak petugas peron pun menjawab saya sama seperti jawaban pak satpam,”belum tu mas, keretanya masi didepo”. Lemas deh kaki saya mendengar jawaban bapak tadi, pikiran saya di depo tu yang saya tau di stasiun balapan karena pernah baca ada tulisan “depo stasiun balapan” waktu dulu masi ingusan maen gundu di di stasiun balapan, jadi saya pikir pandanwangi masi disolo. Saya beranikan lagi tanya bapaknya,”berati masi di solo ya pak?” bapak petugas peron menjawab,”nggak mas, di depo situ tuh”,sambil nunjuk ke sebuah arah yang menuju ke sebuah bangunan besar di pojok stasiun poncol. Semangat saya bangkit,hup,ternyata saya masi bisa pulang,hore,,,,tapi senyum kemenangan itu ga bertahan lama mengingat saya ga bisa nyampai solo tepat pada pukul 20.00.


Selanjutnya....


Jam dinding super besar khas jaman belanda yang teronggok di dinding stasiun poncol semarang menunjukan angka 19.15 dengan jumawa...

Untuk sekedar killing time a.k.a membunuh waktu, Saya mencari penjual makanan untuk mengganjal perut(kalau masi bisa disebut perut sih,karena dari segi fisik uda memenuhi syarat untuk bisa dikatakan sebagai kendang), karena waktu berangkatnya tergesa-gesa jadi lupa makan. Di deretan toko makanan saya hampiri ibuk2 penjual pop mie,”buk, popmienya satu” si ibuk penjual menjawab,”yang panas mas?”,yaelah si ibuk masi bisa-bisanya ngajakin berantem dengan jawabanya tadi,emg ada ya popmi pake es???.dengan kebapakan saya menjawab,”ehem,iya buk..omong2 emang ada yg dingin ya buk?”perasaan menerima diajakin berantem menghasilkan pertanyaan maha dahsyat barusan keluar dari bibir mungil saya.”ya enggak mas maksutnya yang anget apa yang puanas, karena kebanyakan minta yang anget mas”si ibuk memberi alibi yang bagus untuk meredamkan pertikaian yang akan terjadi.saya pun mulai basa-basi dan menurunkan tensi sambil menunggu popminya “jadi”,” buk,emang pandanwangi sering telat sampe 2 jam ya?”. Si ibuk yang merasa ilmu perkereta apianya di atas saya menjawab dengan bangganya” ya biasanya kalo yg jadwal sore tu berangkatnya nunggu KA kaligung dari tegal mas, buat nyiapin yg dari tegal mau ke solo”.setelah mendapat jawaban ibuk tadi ilmu perkeretaapian saya jadi naik satu level, saya pun mengucapkan terima kasih pada ibuk tadi dan membayar 5rb untuk popmi plus ilmu yang diturunkanya kepada saya.

Setelah habis popmi satu, kira-kira pukul 19.25 datanglah kereta Pandanwangi yang saya tunggu dengan segenap jiwa raga,saya pun mencari tempat duduk. Ternyata hanya ada 2 gerbong, satu gerbong seperti KA bisnis dan satu lagi seperti KA pramex atau kaligung yg ekonomi, yang bangkunya hanya ada di samping itu tu.tak menunggu “lama”, jam 19.40 kereta pun berangkat. Saya memilih tempat di pinggir dekat jendela, angin malam yang dingin membelai-belai wajah saya melalui jendela yang terbuka. Sesaat setelah keluar dari kota semarang, yang saya lihat adalah sawah dan bukit yang kalau siang hari pasti jadi pemandangan bagus, tapi kalau malam bikin merinding,gelap gulita dengan bayangan hitam pekat melambai-lambai di kejauhan bahkan sang rembulan yg sedang merekahpun tak kuasa menampakkanya. Saya jadi berpikir,amboi seronok pule disini kalolah ada pujaan hati awak nak sedang di solo sana menemani awak disini yang sedang dilanda kesepian....

Selanjutnya....

Saya uda ga berani lg liat jam yang semakin berputar cepat berbanding terbalik dengan kecepatan kereta yang saya tumpangi,ah mungkin ni batere jam saya masi baru jadi muternya cepet, gt gumam saya dalam hati untuk menenangkan diri.

Beberapa saat kemudian kereta melambat dan akhirnya berhenti di sebuah stasiun, kalo ga salah gambrengan ato gundih saya uda lupa (saat itu pula saya baru tau kalo jalur KA jurusan solo - semarang tu muter dulu ke gundih ga lewat salatiga kayak jalur bus), naeklah nenek2 yg di daerah saya lazim disebut mbok, mengangkut (bukan mengangkat lho ya) tenggok(ato biasa disebut jg bakul) sambil berteriak lantang,”pecel...peeceel...”. demi mendengar teriakan penuh semangat mbok tadi, prinsip hidup saya dalam menjalani killing time mulai bermunculan di kepala saya, yaitu:

1. Makan
2. Maen
3. Tidur

Karena nomor satunya adalah makan, maka saya pun memanggil si mbok bakul pecel dan memesan satu porsi (pengenya sih sebakul sekalian, biar si mbok bisa langsung pulang, tp ternyata eh ternyata yg berminat sama si mbok,eh salah,pecelnya si mbok ga Cuma saya, tapi hampir sebagian penumpang pada pesen). Setelah Satu porsi sudah saya lahap tanpa basa-basi apalgi permisi, kemudian timbul rasa kasian dengan si mbok, jangan2 nih si mbok uda ditunggu anaknya dirumah dimintain duit buat bayar sekolah jadi saya selaku sesama mahkluk ciptaan ALLAH harus membantu si mbok itu,HARUS...walaupun Cuma 1-2 bungkus lagi gpp yg penting ikhlas, jadi atas asas kemanusiaan-lah saya memesan seporsi lagi (padahal dasarnya perut gentong aja yang pengen nambah lagi). Habis 2 porsi, ternyata kereta uda sampe di stasiun salim (sebelum sumberlawang kalo ga salah) untuk berhenti sebentar karena ada kereta dari arah berseberangan yang mau lewat. Hmm,,saya jadi makin membenarkan prinsip hidup saya mengenai aktipitas yg harus dilakuin untuk killing time karena setelah makan say mengantuk dan kemudian tertidur dengan pulasnya sampai bangun lagi ketika uda sampai di kalioso. Dengan agak merem2 Saya beranikan diri liat si seiko di pergelangan tangan kiri saya, alamak....jarum jam uda menunjukan pukul 11 malem, berarti uda 3,5 jam perjalanan saya tempuh. Segera saya mengemasi apa yg bisa dikemas terutama tas saya dan bersiap-siap turun stasiun berikutnya yaitu stasiun balapan dimana abah dan umi saya sudah menunggu untuk menjemput anak laki-lakinya pulang dari rantau,halah...

Saya masih bersyukur sampai solo ketemu umi untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada pukul 11.30 malem masi di tanggal 22 april..

Heppy belsday mom...

5 comments:

  1. sad story... pengalaman yang benar2 ngapokki.. tp merupakan guru yang amat berharga.. pecel yang biasa jadi enak to nek laper, hehe...

    ReplyDelete
  2. iya mbak,,pengalaman memang mahal harganya...

    ReplyDelete
  3. pengalaman yg sama, wajar lah pandanwangi itu penumpangnya sedikit, jadi ga ada peningkatan mutu dr st poncol (daop iv) maupun st balapan, jadwalnya brkt jam 8 pagi malah jam 10, jam 5 sore malah hbs magrib, keretanya busuk (KRD tipe lama dan gampang rusak alternatornya) tak terawat tdk seperti prameks (KRDE) atau madiun jaya (KRDI)

    malah kalau yg sore berpapasan dg kereta Bangunkarta (Jombang-Jkt), Brantas (Kediri-Jkt), Matarmaja (Malang-Jkt) jadi maklum lg kalo tibanya molor karena jalur solo-semarang cuma 1 lajur, jadi kalo make jalur keretanya harus gantian

    ReplyDelete
  4. @mamunk: hahay bener ntu gan,akhir2 ini sering make itu kereta yang ontime dateng dan sampainya cuma kalo senin pagi menurut saya..itupun tempatnya harus penuh perjuaangan...:(

    ReplyDelete